KEBUDAYAAN DAN ZAMAN

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012


KEBUDAYAAN DAN ZAMAN

Assalamualaikum.Wr.Wb.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai kebudayaan. Hal ini juga tidak terlepas dari zaman yang berlaku saat itu ataupun sekarang, oleh karena itu saya akan membahas keduanya secara sekaligus namun titik fokusnya tetap ada pada pembahasan mengenai kebudayaan. Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kalau kita mengertikebudayaan itu apa.

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti budi atau akal (buddhayah), sedangkan dalam bahasa Inggris adalah culture yang berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Namun di Indonesia terkadang culture diartikan secara berbeda yaitu sebagai kultur. Secara tidak langsung kita dapat mengambil kesimpulan mengenai pengertian dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu hasil dari buah pikir atau akal dari manusia yang menjadi cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dan diwariskan secara generasi ke generasi.

Kebudayaan bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Sebab kebudayaan terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk juga agama. Menurut Melville J. Herskovits, kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yang membangunnya yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Walau jumlahnya sama namun unsur pembangun kebudayaan berbeda dengan pendapat dari Bronislaw Malinowski. Menurutnya unsur-unsur tersebut terdiri dari sistem norma sosial, organisasi ekonomi, alat-alat serta lembaga-lembaga pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan organisasi kekuatan (politik).

Setelah saya membahas sekilas apa itu kebudayaan maka, sekarang saya akan membahas masalah intinya. Sudah menjadi rahasia umum kalau tanah air tercinta kita ini memiliki segudang kebudayaan yang khas. Contoh dari kebudayaan bangsa kita diantara lain, batik, wayang kulit, keris, dan masih banyak lagi. Beberapa dari kebudayaan tersebut telah diakui oleh UNESCO.

Dewasa ini hampir seluruh kawula muda jarang meminati kebudayaan negara sendiri, entah alasan karena sudah jadul atau nggak ngetrend lagi atau apalah. Bahkan hampir tidak meminati sama sekali dan justru meminati budaya luar. Padahal suatu kebudayaan akan dapat terus terjaga dan lestari jika generasi penerusnya mau mempelajari, melanjutkan serta menjaga kebudayaan yang telah ada agar tetap eksis dan bertahan. Jika hal ini terus terjadi maka tidak mustahil kalau kebudayaan kita ini akan hancur bersama zaman.


Hal ini membuat generasi muda menjadi cuek dengan budaya mereka sendiri. Sehingga mereka tidak paham dengan betapa pentingnya kebudayaan itu. Karena kebudayaan merupakan ciri khas serta jati diri dari suatu negara atau bangsa. Ketika negara lain mengakui kebudayaan kita sebagai bagian dari kebudayaan milik mereka. Barulah kita marah dan peduli dengan kebudayaan kita tersebut. Namun ketika permasalahan mereda, maka kita kembali cuek dengan budaya tersebut.

Seperti yang kita tahu, sudah banyak kasus seperti yang saya sebutkan barusan  telah terjadi. Sebenarnya hal tersebut bisa kita cegah jika saja para generasi muda mau peduli serta meneruskan kebudayaan yang telah kita miliki dan justru tidak sibuk dengan kebudayaan luar. Boleh saja kita mempelajari kebudayaan bangsa lain supaya dapat memahami keadaan dan kehidupan bangsa tersebut, tapi jauh lebih baik kalau kita mau mempelajari kebudayaan bangsa kita sendiri. Selain itu, kita juga harus segera mematenkan hak cipta dan hak milik atas kebudayaan tersebut. Agar tidak ada lagi pihak-pihak yang berniat mengakui kebudayaan milik kita apalagi mau mematenkan kalau kebudayaan tersebut benar-benar milik mereka. hal tersebut sangat membahayakan sekali.

Seharusnya kita bangga dengan kebudayaan milik kita. Kenapa ??? karena kebudayaan yang kita miliki sangat beragam dari seni musik, tari, rupa, pakaian sampai adat istiadatnya. Dan perbedaan tersebut janganlah menjadi pemicu perpecahan tapi kita jadikan sebagai media pemersatu bangsa,  sesuai dengan semboyan yang kita miliki yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Akhir kata, saya hanya mengingatkan supaya kita mau melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Jangan sampai zaman menggerus perlahan-lahan kebudayaan kita hingga tanpa sisa. Sebab harta terpenting dari suatu bangsa atau negara bukanlah materialnya saja namun kebudayaan yang dimilikinya dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sebelum mengakhiri postingan ini, saya mau meminta maaf kalau ada penempatan kata yang kurang tepat dan kata-kata yang menyinggung perasaan kalian semua.

Wassalamualaikum.Wr.Wb
More aboutKEBUDAYAAN DAN ZAMAN

Dakak

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012

r="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">


Dakak

Panganan khas ranah Minang ini berwarna kekuningan dengan taburan remahan daun seledri yang banyak sekali. Rasanya gurih-gurih renyah bikin lidah tak mau berhenti bergoyang.

Singkong yang banyak orang menganggap tak terlalu banyak harganya, tapi kini justru jadi makanan yang cukup diminati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Seperti kerupuk Dakak-dakak khas Padang Pariman ini. Saya sudah lama sekali tidak memakannya karena saya sering mendapatkannya dari oleh-oleh seorang teman.

Tapi kemarin saya mendapatkannya kembali saat berkunjung ke sebuah pameran di JCC beberapa waktu lalu. Kebetulan saya berada di stand aneka jenis makanan khas Padang. Salah satu jenis makanan yang menarik minat saya adalah dakak-dakak. Kerupuk dakak-dakak ini terbuat dari singkong.

Singkong ini diiris tipis tipis dan dipotong berukuran satu kali dua cm. Dengan diberi bumbu kunyit dan bawang putih plus cincangan daun seledri. Setelah direndam bumbu barulah keripik mungil ini digoreng kering. Rasanya gurih renyah empuk jadi sama sekali tidak ada kesulitan mengunyahnya. Padahal kalau singkong dibuat keripik saja masih ada yang keras tapi tidak ditemukan di kerupuk dakak-dakak ini.

Nah, jika Anda penasaran dengan camilan ini bisa dibeli di toko kue dan jajanan khas Sumatera Barat.
sumber:http://kulinerkita.multiply.com/reviews?&page_start=260

More aboutDakak

Kadar lemak

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012







Anda doyan chinese food, bahkan suka memasak jenis masakan itu? Jika Anda ingin masakan China yang kadar lemaknya rendah, berikut tipsnya.
  • Hindari makanan yang menggunakan saus yang berat seperti makanan yang dimasak-merah dengan saus kecap dan gula.
  • Jika Anda hendak mencoba makanan khas China dari daerah tertentu, masakan Kanton pada umumnya merupakan pilihan yang terbaik, misalnya ayam lemon khas Kanton. Masakan Kanton biasannya ringan dan menggunakan bahan baku yang segar.
  • Kurangi jumlah minyak yang digunakan untuk menumis. Jika makanan mulai lengket, tambahkan air atau kaldu. Kaldu juga berguna untuk memperkuat rasa.
  • Ketika menggoreng dengan minyak yang banyak, pastikan minyak tersebut cukup panas sebelum menggoreng. Makanan yang digoreng dengan panas yang rendah atau dimasukan ke dalam minyak yang belum panas cenderung berminyak. Jangan memasukkan terlalu banyak makanan ke dalam penggorengan, karena hal ini juga akan menurunkan suhu. Jika digoreng dengan benar, makanan hanya akan mengandung sedikit minyak.
  • Cobalah metode memasak yang lain selain menumis dan menggoreng, seperti mengukus atau memanggang.
  • Cobalah memasak daging yang telah dieskan sebagian. Hal ini akan mempermudah Anda menghilangkan lemaknya dan memotong daging dalam potongan yang lebih tipis. Selalu buang lemak sebelum memasak.
  • Kurangi jumlah daging dalam makanan Anda. Masakan China sehari-hari kebanyakan berbahan dasar beras atau biji-bijian dan sayuran, dengan daging sebagai pelengkap.
  • Penulis Stephen Wong menyatakan, lemak membuat rasa lebih enak. Untuk memperkuat rasa dalam makanan rendah lemak, ia menyarankan penggunaan bumbu-bumbu yang menyehatkan seperti jahe, bawang putih dan daun ketumbar.
  • Gunakan mie yang rendah lemak. Sebagai contoh, semangkuk bihun yang telah dimasak memiliki kadar lemak 0.352 gram, sedangkan semangkuk mie chow mein mengandung kadar lemak sebesar 13.842 gram.
  • Akhirnya, jika resep menggunakan santan, cobalah menggunakan santan yang rendah lemak atau tidak kental.
  • sumber: http://kulinerkita.multiply.com/reviews?&page_start=260
More aboutKadar lemak

Tekwan

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012





Tekwan

Pistel lembut gurih dan hangat memang paling enak disantap di udara yang agak dingin. Lembutnya pistel dengan isian 'kates' yang krenyes.. krenyes pasti bikin nagih! Siraman cuko pada pistel membuatnya semakin nikmat saja. Coba deh!

Sudah sejak dua hari yang lalu saya ingin sekali makan pempek. Makanan khas Palembang ini memang salah satu favorit saya. Jadilah saya menembus hujan di Jakarta kemarin untuk menuju kawasan Casablanca. Pempek @Bing namanya, yang sudah dikenal cukup lama di kawasan Jakarta.

Saat saya singgah disana, ternyata hampir semua bangku sudah terisi penuh oleh pengunjung. Untunglah masih ada bangku tersisa buat saya di sudut ruangan. Padahal kalau dari luar tidak terlihat padat pengunjung.

Di pempek @Bing lebih dari sepuluh jenis pempek ada di sini. Mulai dari Pempek kapal selam, lenjer, pempek tahu, pempek tunu, pempek keriting, pistel, tekwan dan masih banyak lagi. Tak cuma itu saja, kerupuk Palembang dan kemplang pun berjejer di etalase warung ini.

Seorang pelayan pun segera menghampiri untuk memberikan daftar menu. Pempek kapal selam favorit saya langsung jadi pilihan utama. Selain itu pempek bulat/adaan dan seporsi tekwan juga tak luput saya pesan. Sambil menunggu pesanan saya datang, kerupuk Palembang pun jadi sasaran saya.

Di dapurnya, saya melihat pelayannya tengah sibuk membuat pesanan pembeli untuk dibawa pulang. Ternyata tak hanya pengunjung yang makan di tempat saja yang penuh sesak, tapi juga orang yang membeli untuk dibawa pulang pun sangat banyak silih berganti datangnya.

Akhirnya pesanan saya pun datang. Tekwan yang masih kemepul hangat menguarkan harum wangi kaldu yang kuat. Perhatian saya pun beralih pada si tekwan ini. Porsinya sedang, dengan kuah berwarna bening kecoklatan. Taburan daun seledri dan bawang goreng yang royal menambah harum tekwan ini.

Rasa kuahnya terasa gurih dengan aksen manis yang cukup kuat. Tapi tak lantas mengalahkan rasa gurihnya. Suun, jamur kuping, irisan bangkuang, dan potongan tekwan pun langsung licin tandas tak bersisa.

Pempek kapal selam, lenjeran, dan pistel ditaruh dalam satu piring dengan kuah cuko ditaruh dalam mangkuk terpisah. Pempek kapal selam ukurannya sedang, sdangkan adaan, dan pistel lebih mungil. Keempat pempek tadi masih panas, karena baru saja diangkat dari wajan.

Pistel yang bikin saya penasaran sejak awal langsung menjadi target utama. Saat dipotong, pistel ini berisi irisan 'kates' atau pepaya muda yang sudah ditumis. Bentuknya sih mirip dengan pastel, hanya saja adonan dan isi yang berbeda. Adonan pempek nya lentur gurih, dan isiannya pun krenyes..krenyes.. nikmat!

Pempek adaan berbentuk bulat mungil dan sudah dibelah dua. Saat digigit, adonannya lembut kenyal dengan rasa gurih-gurih ikan tenggiri yang kuat. Bertambah lezat saat dimasukkan ke dalam kuah cuko yang pedas menggigit. Wah.. makin mantab saja rasanya! Kuah cuko yang berwarna coklat pekat ini tidak terlalu encer ataupun kental. Rasanya pun agak sedikit aksen manis. Dugaan saya kuah cuko ini sudah di sesuaikan dengan lidah para pengunjung. Tapi rasa pedasnya tetap nonjok!!

Untuk menikmati pempek @Bing saya tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Hanya dengan Rp 10.000,00 seporsi pempek kapal selam dan tekawn hangat sudah bisa saya nikmati. Sedangkan pempek adaan bulat dan pistel yang mungil cukup bayar Rp 3.000,00 saja.
More aboutTekwan

Soto Betawi

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012

class="cattitle">



Soto Betawi

Soto berkuah putih dengan sedikit semburat kekuningan mengepul wangi. Babat, iso, daging dan paru sapi yang jadi isiannya sungguh empuk lembut di lidah. Setelah diaduk dengan air jeruk limau, dan disuap bersama acar mentimun. Wouw... sungguh gurih, pedas sedikit asam rasanya! Makin nikmat setelah ditambah taburan emping yang kriuk…kriuk renyah!

Entah mengapa soto dalam berbagai varian selalu jadi pilihan saya saat perut sedang lapar berat. Dibandingkan soto daerah Jawa yang berkuah bening dan segar, soto betawi memang berbeda. Kuahnya putih karena memakai santan plus susu sapi segar sebagai kuahnya. Soto ini selalu memakai campuran daging sapi berikut jeroan untuk isiannya. Pelengkapnya tentu saja taburan emping plus acar timun dan cabai rawit!

Sebenarnya saya punya 'jagoan' buat soto Betawi. Soto Sambung Nikmat yang ada di Pondok Pinang, Soto Bang Hussen yang ada di Manggarai dan soto Afung di kawasan Glodok, Pancoran. Meskipun bumbunya sederhana, memakai cengkih, kapulaga, merica dan pala tetapi kelezatannya justru terletak pada kaldunya.

Kaldu ini ada yang diracik dengan paduan santan dan susu sapi segar dengan bumbu yang kekuningan atau kemerahan. Buat saya, soto Betawi dengan kuah kemerahan rasanya lebih pas dengan selera, agak pedas menggigit dan aromanya lebih harum sehingga kuah gurihnya tidak terasa dominan di lidah.

Karena itu saat melintas Jl. Lapangan Tembak Cibubur, tak jauh dari kali Caglak, warung bang Udin langsung menarik perhatian. Maklum saja, kerumunan motor dan mobil sangat padat di bagian depan warung soto ini. Memasuki warung yang terlihat mungil ini barulah saya sadar bahwa warung ini merupakan teras atau emperan rumah bang Udin. Bangunan rumah yang megah berlantai dua dengan keramik putih persis menyatu di belakang warung sehingga tak terlihat dari luar.

Di bagian depan warung dipakai sebagai 'open kitchen'. Ada lemari kaca berisi aneka jeroan sapi dan daging sapi. Di sisinya ada panci berisi kaldu yang selalu di panaskan. Sedangkan di sisi yang lain dipakai sebagai tempat meracik minuman plus tempat membakar satai. Tentu saja aroma harum kaldu terus-menerus menguar diselingi aroma satai yang dibakar. Hasilnya, perut yang kosong pun jadi makin melilit!

Akhirnya semangkuk soto Betawi dengan isian jeroan plus daging dan semangkuk sup iga sapi pun disajikan panas mengepul. Kuah soto Betawinya tidak putih pucat tetapi juga tidak kemerahan, sedikit kekuningan dengan semburat warna oranye yang tipis. Porsinya tidak terlalu besar dan isinya cukup banyak. Irisan tomat, daun bawang, kentang dan taburan bawang goreng melengkapi soto ini.

Hirupan pertama kuah soto yang tak terlalu pekat ini langsung memberi rasa gurih yang nonjok. Aroma wangi kapulaga dan cengkihpun terhirup semerbak! Agaknya pemakaian rempah yang pas menjadi kunci kelezatan kaldu soto ini sehingga terasa segar di lidah. Setelah diaduk dengan air jeruk limau dan sedikit kecap manis, rasa kaldunya makin hebat, gurih, asam sedikit manis!  Daging dan jeroannya sangat empuk, lembut dengan jejak gurih yang tak berlebihan.

Tampilan sup iga sapinya tak kalah menggoda. Potongan iga sapi tersembul di dalam kuah yang bening dengan irisan daun bawang di sela-selanya. Isinya cukup padat dan sup bening ini memang gaya sup daging Betawi yang berbumbu bawang, merica, pala dan garam. Kuahnya yang tidak berminyak ternyata rasanya sangat gurih dengan aksen dan aroma kaldu yang kuat. Beningnya kaldu sebagai tanda sup dimasak dengan api kecil dan iga dimatangkan  perlahan.

Iga sapi lokal yang tidak berlemak melengkapi kelezatan sup ini. Dagingnya empuk, mudah terlepas dari tulang dengan rasa gurih yang meresap dalam dagingnya. Saat diaduk dengan sedikit sambal rawit, rasanya jadi makin enak, gurih-gurih pedas!  Hmm... tak terasa suapan nasi dan kerupuk tepung yang mengiringi sup ini membuat perutpun jadi kenyang.

Rupanya racikan sup yang sedap ini tak berharga mahal, semangkuk sup betawi campur Rp 13.000,00 dan sup iga sapi Rp 13.000,00. Agaknya lain kali saya akan mampir lagi untuk mencicipi satai kambing bang Udin yang pastinya bakal enak disantap panas-panas dengan paduan sup iga!
More aboutSoto Betawi

Glodok

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012






Glodok

Kawasan Glodok, Jakarta, memang tak pernah mati. Siang jadi pusat perdagangan elektronik, malam jadi pusat jajanan. Yuk, kita telusuri kawasan yang penuh makanan enak ini.

Petualangan malam hari bisa dimulai dari Jalan Gajah Mada. Tepatnya usai melewati Tugu Monas, mengambil arah ke kawasan Kota dan Glodok. Jalan yang namanya diambil dari nama patih perkasa di jaman kerajaan Majapahit ini "hidup" selama 24 jam. Selain diramaikan dengan kendaraan bermotor, jalan satu ini juga selalu dipenuhi dengan berbagai pedagang. Mulai dari elektronik, obat, pakaian, hingga makanan.

Bicara soal makanan, jangan segan untuk menjelajah kawasan-kawasan tersembunyi, karena di tempat-tempat tak terduga banyak tempat makan enak yang menarik untuk dieksplorasi.

Sate Domba Afrika
Di mulut Jalan Gajah Mada berdiri sebuah kedai pinggir jalan yang bertuliskan Sate Domba Afrika. Kedai Sate milik Vergie ini sudah tiga tahun bertengger di lokasi yang sama. Menurut Sang Pemilik, sate buatannya pada awalnya sulit diterima oleh lidah orang Indonesia pada umumnya. Pelanggan mulai berdatangan (bahkan akhirnya keranjingan) setelah ia mengubah sedikit resep aslinya.

Sungguh butuh perjuangan jika ingin menikmati kelezatan Sate Domba Afrika. Perlu kerja keras dan sedikit nasib baik untuk mendapat tempat parkir kendaraan sampai mendapat mendapat tempat duduk. Terlebih jika Anda datang di akhir minggu.

Meski begitu, hal ini tak menghentikan pelanggan untuk terus datang ke tempat ini. Bahkan beberapa selebritis pun tercatat menjadi pelanggan warung tenda ini. Jadi, jangan kaget jika sewaktu-waktu Anda mampir di sini, Anda akan bertemu selebritis kesayangan.

Penderitaan akibat "berjuang" mencari parkir dan tempat duduk langsung sirna ketika seporsi sate domba afrika sampai di meja. Ketika digigit, daging sate domba yang potongannya besar ini ternyata sangat empuk! Bumbu rempah yang dipakai membuat daging domba tidak berasa amis dan berbau. Pokoknya, sungguh nikmat!

Selain rasa rempah, rasa asin pun sedikit mendominasi. Bukan karena sang koki salah memasukkan jumlah garam, namun inilah salah satu ciri khas dari sate domba afrika. Namun tenang saja, rasa asin sate dapat dinetralkan dengan menggigit pisang tanduk goreng yang disediakan. Ya, salah satu ciri khas sate domba afrika ini adalah disantap dengan pisang goreng. "Kalau sop-nya, sih, cocok dimakan dengan nasi," jelas Vergie sambil tersenyum.

Istimewanya, Vergie menjamin, daging yang digunakan adalah daging halal dan segar. Selain itu, dagingnya pun rendah kolesterol. Kok bisa? "Rahasianya ada di cara pembuatan dan resep yang saya pakai. Tapi itu rahasia," ungkap Vergie yang dalam satu hari bisa menghabiskan enam ekor domba.

Nasi Uduk Resep Warisan

Masih di jalan yang sama, ada sebuah tenda yang menjual nasi uduk istimewa. Tenda merah bertuliskan Warung Nasi Uduk Ko Seng, ini sudah terkenal sejak lama, dan tetap mempertahankan penampilannya yang sederhana. Didirikan tahun 1961 lalu oleh Ko Seng, warung ini masih bertahan dari gerusan zaman.

Ada dua rahasia yang membuat warung ini dapat terus bertahan. Pertama, karena rasa nasi uduknya yang "juara". Kedua, harga yang ditawarkan pun tetap murah. Selain wangi, nasi uduk Ko Seng berhias bawang goreng yang cukup banyak. Ditambah lauk seperti ayam goreng, usus goreng atau semur urat, rasa gurih dan nikmat nasi uduk ini jadi semakin lengkap.

Lauk penyerta nasi yang disediakan di sini juga jarang ditemukan di tempat lain. Sebut saja Pindang Bandeng atau Semur Urat. Dijadikan teman makan nasi uduk hangat, sungguh nikmat.

Setelah Ko Seng tiada, usaha warung ini diteruskan oleh anak dan menantunya. "Sekarang kami sudah punya beberapa cabang. Di Kota Wisata, Cibubur, dan di Kota Bunga Puncak," tukas Hwe Gin (54) menantu Ko Seng yang meneruskan usaha warung ini di kawasan Gajah Mada sejak tahun 1993 lalu.

Selain tetap mempertahankan resep warisan mertua, "Warung ini tetap dibuka di pinggir jalan pada malam hari. Saya enggak mau membuat warung ini jadi permanen. Soalnya kalau permanen nanti saya harus menaikkan harga jual. Kalau harga jual naik, belum tentu pelanggan mau mengerti," tukas ayah dua anak ini sambil tersenyum.

Karena memulai usaha dari tahun 1961, sudah tak terbayang berapa banyak pelanggannya. "Kalau menjelang Imlek, kami banyak dapat pesanan pindang bandeng. Bahkan ada yang buat dibawa ke luar negeri segala, seperti ke Singapura. Kadang juga saya dapat pesanan pindang bandeng dari Pak Tri Sutrisno. Pak Tri sih memang enggak pernah ke sini, cuma orang yang pesan ke saya bilangnya begitu," akunya.

Meski warungnya baru mulai buka pukul 18.00 WIB, kesibukan Hwe Gin sudah dimulai sejak tengah malam. "Kesibukan dimulai dengan belanja dan memasak. Maklum, lauk yang kami tawarkan ada banyak. Selain goreng-gorengan, kami juga menyediakan tujuh jenis sayur. Seperti sayur asem, sayur asin, sayur lodeh, sayur tahu, sop ayam, pindang bandeng, semur urat. Kadang jam 21.00 semuanya sudah ludes," kata Hwe Gin yang menawarkan harga lauk sayur mulai dari Rp 7.000 sampai Rp 15.000 ini.

Serba Bubur
Bila perut Anda masih penuh, dan hanya ingin menikmati makanan ringan, mungkin semangkuk bubur bisa jadi pilihan. Arahkan kendaraan ke arah Hotel Jayakarta, menuju Jalan Labu. Di sepanjang jalan ini Anda akan menemukan berbagai restoran yang menyajikan berbagai jenis bubur.

Bubur yang disediakan di tempat ini sungguh berbeda dengan tempat lain. Selain rasa buburnya yang sangat gurih, jenisnya pun sangat bervariasi. Selain bubur ayam, ada pula bubur bebek dan bubur ikan. Bahkan lauk pendamping yang disediakan pun beraneka ragam.

Salah satu restoran bubur yang terkenal adalah Bubur Sanki. Menawarkan harga mulai dari Rp 16 ribu, tempat ini buka mulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB keesokkan harinya. "Sebenarnya bisa dibilang kami buka 24 jam, tapi kami perlu 2 jam untuk tutup dan menyiapkan berbagai bahan," tutur Gea (43) salah seorang karyawan.

Bubur Sanki menyajikan bubur yang cukup kental dengan rasa kaldu yang tegas. Sedikit potongan jahe dicampurkan ke dalam bubur, sehingga bubur ini sangat cocok jika dimakan pada malam hari. "Makanya kami mulai ramai pada pukul 24.00 WIB sampai pagi," aku Gea.

Nah, jika usai makan bubur Anda masih butuh hidangan penutup, Anda bisa meluncur ke arah Jalan Mangga Besar. Di sini Anda dapat menemukan jajaran pedagang durian dan berbagai jenis kue kecil khas Medan , Sumatera Utara. Boleh dicoba bersama segelas ice cream Medan atau segelas teh liang. Sungguh nikmat.
More aboutGlodok

wisata Kuliner Bogor - Toge Goreng Pak Iwon

Diposting oleh Unknown on Kamis, 09 Agustus 2012Rabu, 08 Agustus 2012


Wisata Kuliner Indonesia #211
Toge Goreng Pak Iwon
Jl Pajajaran (Depan Ngesti Baranangsiang)
Telp: 0251 8321337

Toge Goreng... Kuliner unik dari Kota Bogor yang sulit ditemui di kota lain. Walaupun namanya toge goreng tapi hidangan ini sebenernya tidak digoreng. Toge yang sudah direbus bergabung dengan kupat, mie kuning dan tahu dalam satu piring, kemudian diguyur oleh bumbu khas berbahan dasar tauco. Rasanya memang unik, bumbu tauco yang sedikit asam berpadu dengan kecap manis dan segarnya toge rebus. Top dah... Salah satu penjaja Toge Goreng yang banyak penggemarnya adalah Toge Goreng Pak Iwon di depan Toserba Ngesti Jl Pajajaran, sekitar 30meter saja dari terminal Baranang Siang. Di sini, satu porsi Toge Goreng bisa ditebus dengan harga Rp. 10.000,-



Selain rasanya enak, Toge Goreng Pak Iwon ini juga diuntungkan dari lokasiny yang strategis karena dekat terminal bus dan banyaknya orang yang berbelanja di Toko Ngesti. Buka pada jam 10 pagi sampai 10 malam, tempat ini biasanya ramai di sore/malam hari. Kalau mau dibungkus juga bisa, dan uniknya, toge goreng ini akan dibungkus menggunakan daun pisang dengan diikat bagian atasnya. Asik juga buat oleh-oleh keluarga di rumah. Jadi kalo ke Bogor sempatkan untuk menikmati Kuliner Bogor, terutama Toge Goreng ini.
sumber:http://forum.indogamers.com/showthread.php?t=527666
More aboutwisata Kuliner Bogor - Toge Goreng Pak Iwon