Glodok

Diposting oleh Unknown on Rabu, 08 Agustus 2012






Glodok

Kawasan Glodok, Jakarta, memang tak pernah mati. Siang jadi pusat perdagangan elektronik, malam jadi pusat jajanan. Yuk, kita telusuri kawasan yang penuh makanan enak ini.

Petualangan malam hari bisa dimulai dari Jalan Gajah Mada. Tepatnya usai melewati Tugu Monas, mengambil arah ke kawasan Kota dan Glodok. Jalan yang namanya diambil dari nama patih perkasa di jaman kerajaan Majapahit ini "hidup" selama 24 jam. Selain diramaikan dengan kendaraan bermotor, jalan satu ini juga selalu dipenuhi dengan berbagai pedagang. Mulai dari elektronik, obat, pakaian, hingga makanan.

Bicara soal makanan, jangan segan untuk menjelajah kawasan-kawasan tersembunyi, karena di tempat-tempat tak terduga banyak tempat makan enak yang menarik untuk dieksplorasi.

Sate Domba Afrika
Di mulut Jalan Gajah Mada berdiri sebuah kedai pinggir jalan yang bertuliskan Sate Domba Afrika. Kedai Sate milik Vergie ini sudah tiga tahun bertengger di lokasi yang sama. Menurut Sang Pemilik, sate buatannya pada awalnya sulit diterima oleh lidah orang Indonesia pada umumnya. Pelanggan mulai berdatangan (bahkan akhirnya keranjingan) setelah ia mengubah sedikit resep aslinya.

Sungguh butuh perjuangan jika ingin menikmati kelezatan Sate Domba Afrika. Perlu kerja keras dan sedikit nasib baik untuk mendapat tempat parkir kendaraan sampai mendapat mendapat tempat duduk. Terlebih jika Anda datang di akhir minggu.

Meski begitu, hal ini tak menghentikan pelanggan untuk terus datang ke tempat ini. Bahkan beberapa selebritis pun tercatat menjadi pelanggan warung tenda ini. Jadi, jangan kaget jika sewaktu-waktu Anda mampir di sini, Anda akan bertemu selebritis kesayangan.

Penderitaan akibat "berjuang" mencari parkir dan tempat duduk langsung sirna ketika seporsi sate domba afrika sampai di meja. Ketika digigit, daging sate domba yang potongannya besar ini ternyata sangat empuk! Bumbu rempah yang dipakai membuat daging domba tidak berasa amis dan berbau. Pokoknya, sungguh nikmat!

Selain rasa rempah, rasa asin pun sedikit mendominasi. Bukan karena sang koki salah memasukkan jumlah garam, namun inilah salah satu ciri khas dari sate domba afrika. Namun tenang saja, rasa asin sate dapat dinetralkan dengan menggigit pisang tanduk goreng yang disediakan. Ya, salah satu ciri khas sate domba afrika ini adalah disantap dengan pisang goreng. "Kalau sop-nya, sih, cocok dimakan dengan nasi," jelas Vergie sambil tersenyum.

Istimewanya, Vergie menjamin, daging yang digunakan adalah daging halal dan segar. Selain itu, dagingnya pun rendah kolesterol. Kok bisa? "Rahasianya ada di cara pembuatan dan resep yang saya pakai. Tapi itu rahasia," ungkap Vergie yang dalam satu hari bisa menghabiskan enam ekor domba.

Nasi Uduk Resep Warisan

Masih di jalan yang sama, ada sebuah tenda yang menjual nasi uduk istimewa. Tenda merah bertuliskan Warung Nasi Uduk Ko Seng, ini sudah terkenal sejak lama, dan tetap mempertahankan penampilannya yang sederhana. Didirikan tahun 1961 lalu oleh Ko Seng, warung ini masih bertahan dari gerusan zaman.

Ada dua rahasia yang membuat warung ini dapat terus bertahan. Pertama, karena rasa nasi uduknya yang "juara". Kedua, harga yang ditawarkan pun tetap murah. Selain wangi, nasi uduk Ko Seng berhias bawang goreng yang cukup banyak. Ditambah lauk seperti ayam goreng, usus goreng atau semur urat, rasa gurih dan nikmat nasi uduk ini jadi semakin lengkap.

Lauk penyerta nasi yang disediakan di sini juga jarang ditemukan di tempat lain. Sebut saja Pindang Bandeng atau Semur Urat. Dijadikan teman makan nasi uduk hangat, sungguh nikmat.

Setelah Ko Seng tiada, usaha warung ini diteruskan oleh anak dan menantunya. "Sekarang kami sudah punya beberapa cabang. Di Kota Wisata, Cibubur, dan di Kota Bunga Puncak," tukas Hwe Gin (54) menantu Ko Seng yang meneruskan usaha warung ini di kawasan Gajah Mada sejak tahun 1993 lalu.

Selain tetap mempertahankan resep warisan mertua, "Warung ini tetap dibuka di pinggir jalan pada malam hari. Saya enggak mau membuat warung ini jadi permanen. Soalnya kalau permanen nanti saya harus menaikkan harga jual. Kalau harga jual naik, belum tentu pelanggan mau mengerti," tukas ayah dua anak ini sambil tersenyum.

Karena memulai usaha dari tahun 1961, sudah tak terbayang berapa banyak pelanggannya. "Kalau menjelang Imlek, kami banyak dapat pesanan pindang bandeng. Bahkan ada yang buat dibawa ke luar negeri segala, seperti ke Singapura. Kadang juga saya dapat pesanan pindang bandeng dari Pak Tri Sutrisno. Pak Tri sih memang enggak pernah ke sini, cuma orang yang pesan ke saya bilangnya begitu," akunya.

Meski warungnya baru mulai buka pukul 18.00 WIB, kesibukan Hwe Gin sudah dimulai sejak tengah malam. "Kesibukan dimulai dengan belanja dan memasak. Maklum, lauk yang kami tawarkan ada banyak. Selain goreng-gorengan, kami juga menyediakan tujuh jenis sayur. Seperti sayur asem, sayur asin, sayur lodeh, sayur tahu, sop ayam, pindang bandeng, semur urat. Kadang jam 21.00 semuanya sudah ludes," kata Hwe Gin yang menawarkan harga lauk sayur mulai dari Rp 7.000 sampai Rp 15.000 ini.

Serba Bubur
Bila perut Anda masih penuh, dan hanya ingin menikmati makanan ringan, mungkin semangkuk bubur bisa jadi pilihan. Arahkan kendaraan ke arah Hotel Jayakarta, menuju Jalan Labu. Di sepanjang jalan ini Anda akan menemukan berbagai restoran yang menyajikan berbagai jenis bubur.

Bubur yang disediakan di tempat ini sungguh berbeda dengan tempat lain. Selain rasa buburnya yang sangat gurih, jenisnya pun sangat bervariasi. Selain bubur ayam, ada pula bubur bebek dan bubur ikan. Bahkan lauk pendamping yang disediakan pun beraneka ragam.

Salah satu restoran bubur yang terkenal adalah Bubur Sanki. Menawarkan harga mulai dari Rp 16 ribu, tempat ini buka mulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB keesokkan harinya. "Sebenarnya bisa dibilang kami buka 24 jam, tapi kami perlu 2 jam untuk tutup dan menyiapkan berbagai bahan," tutur Gea (43) salah seorang karyawan.

Bubur Sanki menyajikan bubur yang cukup kental dengan rasa kaldu yang tegas. Sedikit potongan jahe dicampurkan ke dalam bubur, sehingga bubur ini sangat cocok jika dimakan pada malam hari. "Makanya kami mulai ramai pada pukul 24.00 WIB sampai pagi," aku Gea.

Nah, jika usai makan bubur Anda masih butuh hidangan penutup, Anda bisa meluncur ke arah Jalan Mangga Besar. Di sini Anda dapat menemukan jajaran pedagang durian dan berbagai jenis kue kecil khas Medan , Sumatera Utara. Boleh dicoba bersama segelas ice cream Medan atau segelas teh liang. Sungguh nikmat.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar